ONTOLOGI, EPISTIMOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN


A.    Latar Belakang
Tak dapat dipungkiri, ilmu memiliki kontribusi yang amat penting bagi kehidupan manusia. Rasa ingin tahu manusia yang menjadi titik-titik perjalanan manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Hal inilah yang melatarbelakangi beragam penelitian dan hipotesa awal manusia terhadap inti dari keanekaragaman realitas. Proses berfilsafatlah yang menjadi titik awal sejarah perkembangan pemikiran manusia dimana manusia berusaha untuk mengorek, merinci dan melakukan pembuktian-pembuktian yang tak lepas dari kungkunga. Kemudian dirumuskanlah sebuah teori pengetahuan dimana pengetahuan menjadi terklasifikasi menjadi beberapa bagian.

Ilmu pengetahuan merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki dalam kehidupan manusia. Dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Merupakan kenyataan bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Ilmu telah banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman, pendidikan, dan komunikasi.

Ilmu pada dasarnya ditujukan untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini, ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat, dan kelestarian manusia.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya diantaranya sebagai berikut :
1.      Pengertian Pengetahuan
2.      Pengetahuan ditinjau dari Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
3.      Pengaruh Ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia
C.     Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk memberi pengatahuan kepada pembaca tentang pengetahuan ditinjau dari Ontologi, Epistimologi dan Aksiologinya serta manfaat ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu yang mana penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

          Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. Selain pengetahuan empiris, ada pula pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih menekankan pengetahuan yang bersifat apriori; tidak menekankan pada pengalaman. Misalnya pengetahuan tentang matematika. Dalam matematika, hasil 1 + 1 = 2 bukan didapatkan melalui pengalaman atau pengamatan empiris, melainkan melalui sebuah pemikiran logis akal budi.

B.     Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Pengetahuan

1.      ONTOLOGI
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pandangan yang bersifat ontologis dikenal seperti Thales, Plato, dan Aristoteles . Pada masanya, kebanyakan orang belum membedaan antara penampakan dengan kenyataan. Thales terkenal sebagai filsuf yang pernah sampai pada kesimpulan bahwa air merupakan substansi terdalam yang merupakan asal mula segala sesuatu. Namun yang lebih penting ialah pendiriannya bahwa mungkin sekali segala sesuatu itu berasal dari satu substansi belaka (sehingga sesuatu itu tidak bisa dianggap ada berdiri sendiri).

Hakekat kenyataan atau realitas memang bisa didekati ontologi dengan dua macam sudut pandang:
    kuantitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan itu tunggal atau jamak?
    Kualitatif, yaitu dengan mempertanyakan apakah kenyataan (realitas) tersebut memiliki kualitas tertentu, seperti misalnya daun yang memiliki warna kehijauan, bunga mawar yang berbau harum.
Secara sederhana ontologi bisa dirumuskan sebagai ilmu yang mempelajari realitas atau kenyataan konkret secara kritis.

Beberapa aliran dalam bidang ontologi, yakni realisme, naturalisme, empirisme
Istilah istilah terpenting yang terkait dengan Ontologi adalah:
   yang-ada (being)
    kenyataan/realitas (reality)
    eksistensi (existence)
    esensi (essence)
    substansi (substance)
    perubahan (change)
    tunggal (one)
    jamak (many)

Ontologi ini pantas dipelajari bagi orang yang ingin memahami secara menyeluruh tentang dunia ini dan berguna bagi studi ilmu-ilmu empiris (misalnya antropologi, sosiologi, ilmu kedokteran, ilmu budaya, fisika, ilmu teknik dan sebagainya).

Konsep Ontologi
Konsep-konsep yang berkembang dalam ontologi ada 5 konsep utama, yaitu: Umum dan tertentu; Umum (universal) adalah sesuatu yang pada umumnya dimiliki oleh sesuatu. Tertentu (particular) adalah entitas nyata yang terdapat pada ruang dan waktu. Kesengajaan (substance) dan ketidaksengajaan (accident). Kesengajaan adalah petunjuk yang dapat menggambarkan sebuah obyek. Ketidaksengajaan dalam filsafat adalah atribut yang mungkin atau tidak mungkin dimiliki oleh sebuah obyek. Abstrak dan kongkrit. Abstrak adalah obyek yang ”tidak ada” dalam ruang dan waktu tertentu, tetapi ”ada” pada sesuatu yang tertentu, contohnya: ide. Kongkrit adalah obyek yang ”ada” pada ruang tertentu dan mempunyai orientasi untuk waktu tertentu. Esensi dan eksistensi Esensi adalah adalah atribut atau beberapa atribut yang menjadi dasar keberadaan sebuah obyek. Eksistensi adalah kenyataan akan adanya suatu obyek yang dapat dirasakan oleh indera. Determinisme dan indeterminisme. Determinisme adalah pandangan bahwa setiap kejadian merupakan bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian kejadian-kejadian sebelumnya. Indeterminisme merupakan lawan terhadap determinisme.

2.      EPISTEMOLOGI
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian mengenai pengetahuan. Pengertian yang diperoleh oleh manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersebdiri dalam teori pengetahuan, di antaranya adalah: Metode Induktif, yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum. Metode Deduktif, ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut. Metode Positivisme, berpangkal dari apa yang telah diketahui.

Terdapat tiga persoalan pokok dalam bidang Epistemologi:
* Apakah sumber pengetahuan itu ? Darimanakah datangnya pengetahuan yang benar itu ? dan Bagaimanakah cara mengetahuinya ?
* Apakah sifat dasar pengetahuan itu ? Apa ada dunia yang benar-benar diluar pikiran kita ? dan Kalau ada apakah kita bisa mengatahuinya ?
* Apakah pengetahuan itu benar (valid) ? Bagaimana kita membedakan yang benar dari yang salah ?

3.     AKSIOLOGI
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan ilmunya.
Aksiologi berasal dari kata Yunani: axion (nilai) dan logos (teori), yang berarti teori tentang nilai.
Pertanyaan di wilayah ini menyangkut, antara lain:
           Untuk apa pengetahuan ilmu itu digunakan?
           Bagaimana kaitan antara cara penggunaannya dengan kaidah-kaidah moral?
           Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral?

Aksiologi Ilmu
           Rasa keingin tahuan manusia ternyata menjadi titik-titik perjalanan manusia yang takkan pernah usai. Hal inilah yang kemudian melahirkan beragam penelitian dan hipotesa awal manusia terhadap inti dari keanekaragaman realitas. Proses berfilsafat adalah titik awal sejarah perkembangan pemikiran manusia dimana manusia berusaha untuk mengorek, merinci dan melakukan pembuktian-pembuktian.
           Kemudian dirumuskanlah sebuah teori pengetahuan dimana pengetahuan menjadi terklasifikasi menjadi beberapa bagian. Melalui pembedaan inilah kemudian lahir sebuah konsep yang dinamakan ilmu. Pengembangan ilmu terus dilakukan, akan tetapi disisi lain. Pemuasan dahaga manusia terhadap rasa keingintahuannya seolah tak berujung dan menjebak manusia ke lembah kebebasan tanpa batas. Oleh sebab itulah dibutuhkan adanya pelurusan terhadap ilmu pengetahuan agar tidak terjadi kenetralan tanpa batas dalam ilmu. Karena kenetralan ilmu pengetahuan hanyalah sebatas metafisik keilmuan. Sedangkan dalam penggunaannya diperlukan adanya nilai-nilai moral.


BAB III
KESIMPULAN

Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi adalah merupakan cabang-cabang dan dasar-dasar utama daripada Filsafat Ilmu, oleh karena itu maka setiap berbicara tentang Filsafat ilmu pastilah salah satunya membicarakan Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi.
1.    Ontologi adalah berbicara tentang hakekat ataupun kenyataan (realita) sesuatu yang ada baik yang jasmani maupun yang rohani. Untuk dapat melihat hakekat realitas maka ada dua pendekatan utama, yaitu Pertama, Pendekatan Kuantitatif dan Kedua, Pendekatan Kualitatif. Ontologi adalah lapangan penyelidikan kefilsafat paling kuno dalam sejarah peradaban umat manusia.
2.    Epistemologi adalah membahas tentang terjadinya dan kesahihan atau kebenaran yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan.
3.    Aksiologi adalah berbicara tentang nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika.

DAFTAR PUSTAKA

Hasibuan , Ahmad Supardi, http://riau.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=449/ diakses pada tanggal 1November 2010

Bakhtiar, Amsal, Filsafat Ilmu, 2004, Jakarta: Raja Grafindo Pratama.

Kattsoff , Louis O., Pengantar Filsafat (alih bahasa Soejono Soemargono,) 1992, Yogyakarta: Tiara Wacana

http://tesisdisertasi.blogspot.com/2010/03/filsafat-ilmu-ontologi-epistemologi-dan.html#ixzz13wdf5MYM/diakses pada tanggal 1November 2010

http://fadlibae.wordpress.com/2010/10/04/ontologi-epistemologi-aksiologi-dalam-keilmuan/ diakses pada tanggal 1November 2010

No comments:

Speak Your Mind

Powered By Blogger · Designed By Kehidupan Hakiki